SEJARAH SMAN 1 BEO
LATAR BELAKANG
Memperhatikan letak geografis, serta keadaan ekonomi masyarakat Talaud pada saat itu, Kepulauan Talaud sangatlah jauh dari pusat ibukota Kabupaten Sangihe dan Talaud di Tahuna serat hubungan transportasi laut sangat sulit dimana kapal hanya sekali dalam sebulan berlabuh di Talaud.
Terdorong dengan keadaan tersebut di atas maka bangkitlah semangat para pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat Talaud untuk membangun Talaud. Sebagai respon terhadap semangat para pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat yang berada di ibukota kewedanan di Beo, almarhum THOMAS BINILANG sebagai wedana Talaud menghimpun para tokoh-tokoh masyarakat untuk melaksanakan musyawarah, dan yang hadir dalam musyawarah pada saat itu antara lain:
- J. Marthinu
- D. Lampah
- G.A. Ulaen
- N. Maloring
- K. P. Maatuil
- J. V. Gumolung
- A. Towoliu
Dalam musyawaah telah disepakati bahwa untuk membangun Talaud kedepan perlu didirikan suatu Lembaga Pendidikan dalam rangka mempersiapkan sumberdaya manusia (SDM) yang cukup memadai.
Berdasarkan hasil musyawarah tersubut maka pada tanggal 20 Agustus 1961 didirikan sebuah SMA Swasta di Beo dengan jumlah siswa 55 orang dan sebagai kepala sekolah Bapak J. Marthinu, dibantu oleh dua orang guru masing-masing:
- D. Lampah
- G.A. Ulaen
Ditengah-tengah kegembiraan yang ada, sehubungan dengan didirikannya sebuah Lembaga Pendidikan SMA Swasta di Kepulauan Talaud berlokasi di Beo, tiba-tiba mendapat kecaman dari inspeksi SMA Pusat di Jakarta yang menyatakan bahwa:
- Pejabat kepala SMA tidak boleh merangkap jabatan pada Lembaga lain
- Sekolah Swasta harus bernaung di bawah sebuah Yayasan
Bertitik tolak dari kecaman tersebut, maka sebagai Kepala SMA Swasta Beo Bapak J. Marthinu diserahkan kepada Bapak D. Lampah, sebab Bapak J. Marthinu sebagai kepala SMP Negeri Beo, dan SMA Swasta Beo dimasukkan dalam naungan Yayasan BUDI BHAKTI.